Kamis, 20 Januari 2022

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KESPRO-KB



 

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

Kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup kesehatan reproduksi perempuan secara sempit misalnya masalah seputar perempuan usia subur yang telah menikah, kehamilan dan persalinan, tetapi mencakup seluruh tahapan hidup perempuan sejak konsepsi sampai usia lanjut. Beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan reproduksi itu sendiri, PMS dan pencegahan HIV/AIDS, remaja, Keluarga Berencana, Usia Lanjut.

Faktor-faktor non klinis yang menyertai seperti faktor demografi, ekonomi, budaya dan lingkungan, faktor biologis dan faktor psikologis yang mempengaruhi kesehatan reproduksi dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu memberikan pemahaman akan keterlibatan perempuan, dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya dan menjadikanya kehidupan reproduksinya menjadi lebih berkualitas. Intervensi pemerintah terhadap penanganan masalah Kesehatan Reproduksi ini akan sangat membantu dalam mewujutkan kesejahteraan perempuan.

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER

Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya struktur sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) mempunyai peran yang tidak sama utamanya perempuan sering kali mempunyai hak yang lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua bilah pihak, walupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan. Dengan mengetahui dan memahami pengertian gender seseorang di harapkan tidak lagi mencampur adukan pengertian kodrat dan non-kodrati. Konstruksi sosial dapat terjadi karena pada dasarnya sikap dan prilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu konstruksi biologis, konstruksi sosial, dan konstruksi agama.

KESEHATAN REPRODUKSI TERPADU

Pelayanan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan secara terpadu (integrative) dan diselenggaran dalam bentuk “one stop service“ dimana klien dapat menerima semua pelayanan yang dibutuhkan. Pelayanan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) harus diberikan secara terpadu dan berkualitas yang memenuhi aspek Komuniksi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan memperhatikan hak reproduksi individu/perorangan juga pelayanan terpadu tersebut harus berorientasi pada kebutuhan klien. Screening juga harus dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang menderita suatu penyakit, sebelum orang tersebut merasakan gejala–gejala penyakit timbul. Screening sebaiknya dilakukan secara berkala didalam seluruh siklus kehidupan yaitu sejak masa konsepsi, bayi atau anak, remaja, masa reproduksi dan golongan usia lanjut.

KOMUNIKASI, INFORMASI , EDUKASI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)/ Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat.. Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab. Dalam mempelajari Komunikasi Informasi Edukasi /Penyuluhan, maka kita harus mengetahui pula komponen dari KIE/Penyuluhan, yaitu: Pemberi KIE/Penyuluhan (Penyuluh, Toma, Toga, atau Kader), Penerima KIE/Penyuluhan (Individu, Keluarga, Masyarakat), Isi KIE/Penyuluhan, Cara/Metode menyampaikan KIE/Penyuluhan, Media penyampaian KIE/Penyuluhan, Hasil KIE/Penyuluhan.

KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI DALAM KESEHATAN PRODUKSI

Kesehatan reproduksi adalah “keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dan penyakit atau kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”. Materi dalam KIE dibagi menjadi dua yaitu materi utama dan materi penunjang. Materi utama terdiri dari prinsip-prinsip dasar kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, pelayanan kesehatan reproduksi esensial, kesehatan reproduksi pada usia lanjut, hak reproduksi, kesetaraan dan keadilan gender dalam kesehatan reproduksi.sedangkan meateri penunjang terdiri dari kekerasan pada perempuan, peran laki-laki dalam kesehatan reproduksi, keguguran, prolaps uteri, fistula vesiko vaginal dan rekto vaginal, infertilitas, kanker sistem reproduksi. Dalam melakukan KIE / penyuluhan kesehatan reproduksi ada tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan petugas,yaitu keterpaduan, mutu materi, media yang digunakan, efektif, bertahap, menyenangkan, dan berkesinambungan.

STRATEGI KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI DALAM KESEHATAN PRODUKSI

Salah satu tujuan dari kegiatan pelayanan Kesehatan Reproduksi, yaitu meningkatkan derajat Kesehatan Reproduksi masyarakat. Ada tiga strategi yang biasa digunakan sebagai dasar melaksanakan kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan masyarakat. Untuk melaksanakan strategi Gerakan Masyarakat dan Bina Suasana, Petugas Kesehatan perlu memperhatikan lima aspek yaitu, pesan inti yang ingin disampaikan (APA), kelompok yang akan menjadi sasaran penyampaian pesan tersebut (SIAPA), pengetahuan yang diharapkan diketahui oleh kelompok sasaran, perilaku yang diharapkan MAU diterima dan dilakukan kelompok sasaran, cara apa yang paling tepat untuk mencapai kelompok sasaran tersebut (jalur dan media)

PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SITUASI DARURAT BENCANA

Situasi darurat bencana adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang telah mengakibatkan ancaman yang kritis terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan atau kesejahteraan suatu masyarakat atau sekelompok besar orang. Kemampuan bertahan dari masyarakat yang terdampak menjadi kewalahan dan bantuan dari luar dibutuhkan. Hal ini bisa merupakan akibat dari peristiwa seperti konflik bersenjata, bencana alam, epidemi atau kelaparan dan sering kali menyebabkan penduduk harus mengungsi. Prinsip dasar dalam penyusunan program kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana yaitu koordinasi, kualitas pelayanan, komunikasi, partisipasi masyarakat, pengembangan kapasitas teknis dan manajemen, akuntabilitas, hak asasi manusia serta advokasi. Perempuan memiliki resiko yang sangat riskan terhadap kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana sehingga perempuan memiliki hak-hak perlindungan kesehatan reproduksinya. Komnas perempuan sebagai komisi nasional anti kekerasan yang melindungi perempuan, dituntut untuk tanggap dalam menangani berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, sekaligus sigap dalam memahami berbagai perkembangan.

PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM BENCANA

Pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana dilaksanakan berdasarkan dasar-dasar hukum yang berlaku. Penanggulangan bencana di bidang kesehatan adalah menjadi tanggung jawab dari Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Departemen Kesehatan dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana di tingkat pusat.

Fungsi dari tim siaga Kesehatan Reproduksi adalah sebagai pelaksana kegiatan kesehatan Reproduksi dalam kondisi bencana. Tiap-tiap fase bencana memiliki karakteristik/kondisi yang tertentu. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang berbeda untuk setiap tahapan bencana. Agar kegiatan dapat berjalan dengan terarah, maka rencana yang disusun oleh Tim Siaga Kesehatan Reproduksi harus bersifat spesifik untuk tiap tahapan bencana.

Paket Layanan Awal Minimum (MISP) untuk Kesehatan Reproduksi digunakan dalam Situasi Krisis. Paket Layanan Awal Minimum (Minimum Initial Service Package/MISP) untuk Kesehatan Reproduksi adalah seperangkat kegiatan prioritas terkoordinasi yang dirancang untuk: mencegah dan menangani akibat dari kekerasan seksual; mengurangi penyebaran HIV; mencegah kelebihan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi; dan merencanakan layanan Kesehatan Reproduksi lengkap pada hari-hari dan minggu-minggu awal dari situasi darurat.

KONSEP KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

Dinamika kependudukan merupakan perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu. Perubahan penduduk secara implisif menyatakan pertambahan atau penurunan jumlah penduduk secara parsial maupun keseluruhan sebagai akibat perubahan komponen utama perubahan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Tahapan transisi demografi, yaitu: pratransisi (pre-transitional), transisi (transitional), dan pasca transisi (past transitional). Adapun peledakan penduduk berdampak terhadap kualitas penduduk, lingkungan dan ekologi. Dampak program KB yang tidak berhasil terhadap kondisi kependudukan di Indonesia, yaitu kemiskinan meningkat, kualitas penduduk rendah, pengangguran meningkat, kebutuhan energi meningkat, dan kebutuhan akan pangan meningkat.

SEJARAH KELUARGA BERENCANA

Upaya Keluarga Berencana di luar negeri berdiri atas inisiasi Margareth Sanger (1883- 1966) yang mendirikan International Planned Parenthood Federation (IPPF) pada tahun 1952. Di Indonesia telah dilakukan usaha membatasi kelahiran hingga pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana yang berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), namun dalam kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan terbatas. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan pemerintahannya turut serta dalam upaya KB dan tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968 dengan status sebagai Lembaga Semi Pemerintah. Lembaga ini berkembang menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970. Pada tahun 2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

KONSEP KELUARGA BERENCANA

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran.

KB bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, serta terciptanya penduduk yang berkualitas. Adapun sasaran dari program KB, yaitu: sasaran langsung dan tidak langsung. Ruang lingkup program KB, meliputi: komunikasi informasi dan edukasi konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan. serta konsultasi genetik.

Adapun jenis-jenis akseptor KB, yaitu: akseptor aktif, aktif kembali, KB baru, KB dini, KB langsung, dan KB dropout. Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi: fase menunda kehamilan, fase mengatur/ menjarangkan kehamilan, dan fase mengakhiri kesuburan. Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, yang bersifat sementara atau permanen.

Adapun syarat-syarat kontrasepsi, yaitu: aman pemakaiannya, efek samping tidak merugikan, kerjanya dapat diatur, tidak mengganggu hubungan persetubuhan, tidak memerlukan bantuan medik, cara penggunaannya sederhana, harga dapat dijangkau, dan dapat diterima oleh pasangan suami istri.

Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi: pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien, klien dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan, petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia, fasilitas pelayanan tersedia, bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup, terdapat mekanisme supervisi yang dinamis, dan terdapat mekanisme umpan balik.

Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Keluarga Berencana diperlukan petugas terlatih yang mampu memberikan informasi kepada klien, mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan ketrampilan teknis untuk memberi pelayanan, memenuhi standar pelayanan, mempunyai kemampuan mengenal masalah, mengambil langkah-langkah yang tepat, penilaian klinis yang baik, memberi saran, dan supervisi berkala.

Pelayanan program keluarga berencana yang bermutu membutuhkan pelatihan staf, informasi yang lengkap dan akurat, suasana lingkungan kerja yang kondusif, dan mempunyai visi yang sama tentang pelayanan yang bermutu.

Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam setiap rujukan berjenjang dari yang paling sederhana sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasiona; serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.

Tatalaksana dalam melaksanakan rujukan, yaitu: konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk, kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan, fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju, pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju dan menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera menerima rujukan klien.

KONSEP KONSELING

Konseling merupakan proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Adapun prinsip konseling KB meliputi: percaya diri/ confidentiality; tidak memaksa/voluntary choice; informed consent; hak klien /clien’t rights dan kewenangan/empowerment.

Jenis konseling KB: Konseling Umum (meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga yang dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau PLKB). Konseling Spesifik (berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan dan keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan yang dilakukan oleh dokter / bidan / konselor).

Konseling Pra dan Pasca Tindakan (meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri yang dilakukan oleh operator / konselor / dokter / bidan). Komunikasi Interpersonal meliputi Motivasi, Edukasi/Pendidikan dan Konseling. Motivasi berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien. Edukasi menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia. Konseling mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan dan membantu klien membuat pilihan sendiri.

LANGKAH-LANGKAH KONSELING

Langkah Konseling, GATHER: Greet client, Ask client about themselves, Tell client about choices, Help client make an Informed Choices, Explain fully how to use the choosen method, Refer or return visits should be welcomed. Dalam bahasa Indonesia SATU TUJU; Salam, Tanya, Uraikan, Bantu, Jelaskan, Kunjungan Ulang

Melakukan Pemilihan dan Persetujuan Tindakan Medis

Informed Choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya. Informed consent merupakan bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien,harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

Metode Pantang Berkala (Kalender) merupakan cara / metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan: 1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi). 2. Fertility phase (masa subur). 3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi). Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari.

Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Bila haid teratur (28 hari) maka hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Bila haid tidak teratur maka jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Metode Kontrasepsi Barier antara lain Kondom, Diafragma, dan Spermisida. Kondom merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif bila dipakai setiap kali hubungan seksual. Metode ini memberi dorongan bagi pria untuk ikut berpartisipasi dalam kontrasepsi dan membantu mencegah HIV AIDS, PMS, dan ISR.

ASUHAN KEBIDANAN KB HORMONAL

KB Hormonal adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen, progesteron maupun kombinasi keduanya. Adapun macam-macam jenis kontrasepsi hormonal yang ada antara lain: a. Kontrasepsi Hormonal Kombinasi terdapat 2 jenis yaitu : 1) Pil Efektif, Harus diminum setiap hari, pada bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak, dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil, tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui karena mengurangi produksi ASI. Kontrasepsi ini mengandung 2 hormon (Andalan pil KB, Microgynon), mengandung 1 hormon (Andalan pil KB , Microlut). 2) Suntik, Disuntikkan secara IM, diberikan setiap 1 bulanan dan mengandung 2 hormon, Sangat efektif (terjadi kegagalan 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan), Jenisnya ada 3 yaitu cyclofem sebanyak 1 cc, sedangkan Gestin F2 sebanyak 1,5 cc, tetapi kalau cyclogeston sebanyak 1 cc.

b. Kontrasepsi Hormonal Progestin terdapat 4 jenis : 1) Suntik 2) Pil Progestin (Minipil) Cocok untuk semu ibu menyusui, dosis rendah, tidak menurun kan produksi ASI, tidak memberikan efek samping estrogen, sepoting dan perdrahan tidak teratur, dapat di pakai sebagai kondar 3) Implan/Susuk Merupakan metode kontrasepsi efektif yang dapat member perlindungan 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau Implanon, Terbuat dari bahan semacam karet lunak berisi hormon levonorgestrel. Cara penyebaran zat kontrasepsi dalam tubuh, yaitu progestin meresap melalui dinding kapsul secara berkesinambungan dalam dosis rendah. Kandungan levonorgestrel dalam darah yang cukup untuk menghambat konsepsi dalam 24 jam setelah pemasangan.

ASUHAN KEBIDANAN KB NON HORMONAL

AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (CuT 380 A sampai 10 tahun) yang dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi yang tidak terpapar IMS. Metode ini bekerja dengan menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan sebelum pemasangan AKDR yaitu palpasi perut, inspeksi, pemeriksaan speculum, pemeriksaan bimanual. Seleksi atau penapisan klien AKDR antara lain HPHT, paritas dan riwayat persalinan terakhir, riwayat kehamilan ektopik, nyeri hebat saat haid, anemia berat (Hb<9gr% atau Hematokrit ><30), Riwayat ISG-PHS, berganti-ganti pasangan, kanker serviks. Waktu Pemasangan AKDR yakni pada waktu haid, segera setelah induksi haid atau abortus spontan, setelah melahirkan, setiap saat bila yakin tidak hamil, post abortus, selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.>).

 

 

 

Sumber : Prijatni, Ida. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kementerian Kesehatan).

 


ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI BARU LAHIR


Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir, terjadi dengan adanya perkembangan paru-paru, Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak, penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah.

Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler adalah Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

Perubahan pada sistem peredaran darah terjadi karena adanya Penutupan foramen ovale atrium jantung dan Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan.

Ada 2 perubahan besar yang harus terjadi dalam sistem sirkulasi yaitu:

*      Penutupan foramen ovale atrium jantung. Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Hal ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk proses oksigenisasi ulang, pernapasan pertama, resistensi pembuluh turun, tekanan atrium kanan naik. Oksigen mengalir ke dalam paru, dan menurunkan tekanan atrium kiri. Akibatnya foramen ovale menutup secara fungsionil. Namun, saat ini telah ada beberapa proses persalinan yang tidak melakukan pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir atau yang lebih dikenal dengan istilah Lotus Birth. Melihat begitu pentingnya proses pemotongan tali pusat bagi proses pernapasan pertama bayi baru lahir, berikut terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Mika Sugarni mengenai “Perbedaan Lotus Birth Dengan Tanpa Lotus Birth Pada Persalinan Normal Terhadap Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir di Puskesmas Kandai Kota Kendari Tahun 2018”, untuk melihat lebih detail hasil penelitian tersebut klik disini.

*      Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta Dengan adanya pernapasan kadar oksigen darah meningkat, sehingga duktus arteriosus mengalami kontraksi dan menutup. Selanjutnya sistem sirkulasi bayi dapat menjalankan fungsinya sendiri. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan darah pada seluruh sistem pembuluh tubuh. Ingat hukum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah.

Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita ingat bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen (asfiksia).

Peristiwa penting yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah yaitu pada saat tali pusat pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.

Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang dan Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

 

PENGATURAN SUHU, METABOLISME GLUKOSA, PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil adalah merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar glukosanya sendiri. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia. Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat asupan dari luar, beresiko terjadinya hipoglisemia.

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatuS.

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.

 

 

 

Sumber : Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kementerian Kesehatan).

 

 

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK NIFAS DAN MENYUSUI

 


PENGERTIAN DAN TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.

Tujuan utama asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui adalah sebagai berikut: a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi secara holistik pada aspek biopsikososial dan spiritual. b) Melakukan skrining yang komprehensif. c) Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu. d) Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas dan menyusui.

Asuhan kebidanan berpusat pada ibu (women centered) artinya adalah dalam memberikan asuhan kebidanan mempertimbangkan asuhan ibu dan bayi dari sudut pandang holistik, artinya bahwa asuhan kebidanan mempertimbangkan asuhan dari konteks fisik, emosional, psikologis, spiritual, sosial, dan budaya. Selain itu untuk pengambilan keputusan asuhan kebidanan berpusat pada ibu, perlu mempertimbangkan hak-hak dan pilihan yang terbaik pada ibu tentang asuhan yang akan dilakukan pada dirinya.

Dimensi asuhan kebidanan model Jigsaw, artinya bahwa model Jigsaw, merupakan aspek yang secara komprehensif perlu dilaksanakan dalam asuhan kebidanan terdiri dari aspek dimensi; berpusat pada ibu, menggunakan bukti terbaik, profesional dan legal, bekerja secara tim, komunikasi efektif, kecakapan klinis, menerapkan model asuhan, menyediakan lingkungan yang aman serta melakukan upaya promosi kesehatan.

Asuhan kebidanan berdasarkan bukti yang terbaik (evidence based practice) adalah pelaksanaan praktik asuhan kebidanan bukan sekedar berdasarkan kebiasaan rutinitas praktik atau pengalaman klinis saja, namun berdasarkan bukti yang terbaik. Adapun yang dimaksud bukti yang terbaik (evidence based) adalah hasil-hasil riset yang terbukti terpilih dan direkomendasikan untuk memperbaiki kualitas asuhan kebidanan.

Praktik asuhan yang aman adalah praktik yang menggunakan bukti terbaik, mengutamakan keselamatan ibu (patient safety) dan utamanya ditujukan pada kesejahteraan ibu dan anak (wellbeing mother and child), berdasarkan kewenangan dan standar serta aturan-aturan yang berlaku dalam pelayanan kebidanan (legal aspect).

PRINSIP DALAM PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

Kerja tim dalam pelayanan kebidanan adalah kerja dengan sesama profesi bidan, dengan berbagai pengalaman dan ketrampilan masing-masing. Sedangkan kolaborasi dalam asuhan kebidanan adalah kerjasama dengan profesi lain dalam sebuah tim profesional untuk memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif. Kerja tim kolaborasi dalam menjalankan praktik profesional ini dikenal dengan istilah interprofessional collaburation (IPC).

Memberikan asuhan berpusat pada ibu nifas (women centered) selama periode postnatal mewajibkan bidan untuk membina hubungan dan berkomunikasi secara efektif. Bidan harus menyadari pentingnya petunjuk yang diberikan kepada ibu postnatal selama pemberian asuhan. Bidan harus selalu memberikan penjelasan kepada ibu postnatal tentang asuhan yang akan diberikan dan tahapan asuhan apa yang akan dilalui oleh ibu dan mengapa asuhan kebidanan penting dilakukan.

Model asuhan kebidanan yang tepat dapat berpengaruh dalam menentukan asuhan yang mungkin diterima ibu, siapa yang memberi asuhan, dan kapan diberikan asuhan kebidanan. Bidan perlu mempertimbangkan cara terbaik untuk memberi asuhan 28 Asuhan kebidanan Nifas dan Menyusui n sehingga dapat memengaruhi perkembangan yang akan datang bagi kepentingan terbaik ibu dan keluarga.

Bidan dalam memberi asuhan postnatal perlu memastikan bahwa lingkungan tempat mereka bekerja mendukung praktik kerja yang aman dan efektif serta melindungi ibu dan keluarga dari bahaya. Sesuai Kode Etik Bidan Indonesia menyatakan bahwa “Bidan harus memiliki keterampilan dan pengetahuan unuk melakukan praktik yang aman dan efektif saat memberikan pelayanan kebidanan”.

Memberi asuhan postnatal bagi ibu dan keluarga perlu memberikan kesempatan bagi bidan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Inti dari upaya promosi kesehatan adalah membangun hubungan positif ibu postnatal dan bidan. Dari hubungan positif dengan ibu postnatal dapat membantu ibu mencapai adaptasi positif menjadi orang tua dan meningkatkan pilihan gaya hidup dan asuhan yang akan menguntungkan ibu, bayi dan keluarga.

Kebijakan program nasional pada masa nifas dan menyusui adalah sebagai berikut : a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. b) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya. c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. d) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Kontrol atau kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali, yaitu: a) 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang) b) 6 hari setelah persalinan c) 2 minggu setelah persalinan d) 6 minggu setelah persalinan.

PERUBAHAN FISIK SERTA ADAPTASINYA PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil. Mekanisme pokok pada proses involusi adalah iskemia, fagositosis, dan autolisis. Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia.

Darah adalah komponen mayor dalam kehilangan darah pervaginam pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Sehingga produk darah merupakan bagian terbesar pada pengeluaran pervaginam yang terjadi segera setelah kelahiran bayi dan pelepasan plasenta. Seiring dengan kemajuan proses involusi, pengeluaran darah pervaginam merefleksikan hal tersebut. Vulva, vagina dan perineum mengalami trauma persalinan, peregangan dan penekanan selama proses persalinan, sehingga pada saat postpartum diperlukan proses penyembuhan. Kebutuhan dukungan sosial, emosional dan psikologis orang tua merupakan aspek yang penting untuk keberhasilan asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui, sehingga terhindar dari adanya penyulit dan komplikasi.

Perubahan-perubahan fisiologi sistem tubuh pada ibu post partum adalah meliputi: a) Tanda vital b) Sirkulasi darah c) Sistem kardiovaskuler d) Sistem hematologi e) Sistem pencernaan f) Sistem muskuloskeletal g) Sistem endokrin h) Sistem eliminasi i) Penurunan berat badan j) Perubahan payudara k) Peritoneum dan dinding abdomen.

ADAPTASI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS POSTPARTUM

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan eliminasi miksi dan defekasi pada ibu postpartum dimungkinkan ada perubahan, maka dilakukan penatalaksanaan melalui pengaturan diit berserat sayur dan buah, minum yang cukup minimal 3 liter per hari, olahraga atau senam nifas, apabila diperlukan lakukan perangsangan secara alamiah.

Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation, yaitu upaya sesegera mungkin membimbing ibu keluar dari tempat tidurnya dan membimbing berjalan. Keuntungan yang diperoleh dari Early ambulation adalah klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat, faal usus dan kandung kencing lebih baik, dan sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancar. Exercise atau senam nifas, mempunyai banyak manfaat yang esensinya untuk memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan kebugaran, sirkulasi darah, dan juga bisa mendukung ketenangan dan kenyamanan ibu. Perawatan perineum bermanfaat untuk membantu penyembuhan luka perineum maupun mencegah infeksi genetalia. Perawatan payudara berguna untuk mempersiapkan proses laktasi dan mendukung keberhasilan menyusui.

PERUBAHAN-PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA POSTPARTUM

Hasil-hasil riset evidence menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan dan postpartum merupakan masa terjadinya stress dan perubahan psikologis yang bermakna, kecemasan, gangguan emosi, dan penyesuaian diri. Bidan penting untuk memiliki keterampilan dalam mengenali distress emosi yang cukup bermakna sebagai respon terhadap penyimpangan dan kejadian terkait postpartum. Prediksi risiko merupakan aspek penting dalam asuhan kebidanan, karena peningkatan stress selama asuhan postnatal tidak hanya mempengaruhi kesehatan emosi dan psikologis ibu, tetapi juga mempunyai dampak terhadap kesejahteraan bayi.

Bidan yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan primer harus memberikan asuhan yang efektif, sehingga mampu mengenali, mendeteksi adanya perubahan psikologis dan mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat sehingga dapat mencegah adanya psikopatologi dan morbiditas psikologis. Dukungan psikososial pada ibu akan meningkatkan adaptasi dan kenyamanan psikologis ibu postpartum. Untuk mencapai kesejahteraan psikologis, mekanisme koping yang efektif dan penyesuaian emosi yang aman, setiap tahapan harus diselesaikan dengan baik atau dinegosiasikan oleh orang yang bersangkutan agar dapat melangkah ke tahapan selanjutnya dengan efektif.

Masa nifas adalah periode 6-8 minggu postpartum, merupakan masa dimana ibu menyesuaikan diri secara fisiologis dan psikososial untuk menjadi ibu. Postnatal blues atau postpartum blues merupakan suatu fenomena perubahan psikologis yang dialami oleh ibu. Penyimpangan dari kondisi psikologis yang normal pada masa postpartum disebut Psikopatologi. Contoh-contoh kasus psikopatologi adalah; depresi postpartum, distress emosi, duka cita dan kehilangan dan psikosis postpartum.

ADAPTASI PSIKOLOGIS POSTPARTUM DAN PERSIAPAN PERAN ORANG TUA

Pada masa postpartum terjadi transisi perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran bayi. Sebenarnya ibu dan suami sudah mengalami perubahan peran sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan bayi. Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan, karena ibu terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Periode Letting go ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab dan beradaptasi terhadap kebutuhan perawatan bayi.

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan antara saudara, hal ini biasanya terjadi pada orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang. Sibling rivalry terjadi karena orang tua memberikan perlakuan yang berbeda pada anak-anak mereka atau karena kehadiran anak baru dalam keluarga. Peran orang tua perlu dipersiapkan, salah satu kunci sukses menjadi orangtua adalah mempersiapkan diri dari kedua orang tua. Beberapa kajian penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara. Semakin tinggi tingkat dukungan sosial, maka semakin rendah kecenderungan depresi postpartum pada ibu atau sebaliknya.

FISIOLOGI LAKTASI

Mammogenesis adalah istilah yang digunakan untuk pembentukan kelenjar mammae atau payudara yang terjadi dalam beberapa tahap; embriogenesis, pubertas, kehamilan dan laktogenesis. 2) Pada masa laktasi terdapat banyak alveoli yang berkelompok (10-100) membentuk lobuli (lobus-lobus kecil), yang bersatu menjadi lobus. Alveoli terdiri dari selapis laktosit yang menghasilkan ASI (secretory epithelium), yang dikelilingi oleh jaringan kapiler. Laktosit berbaris membentuk lumen alveoli yang berbentuk kubus bila penuh dan berbentuk seperti kolom atau pilar yang kosong. Masing-masing saling berhubungan dan mengatur komposisi ASI untuk ditampung dalam lumen alveoli. Payudara penuh dengan pembuluh-pembuluh darah, 60 persen suplai darah terjadi melalui arteri mamaria internal dan 30 persen melalui arteri torakalis lateral. Drainase vena terjadi melalui vena-vena mammaria dan vena-vena aksilaris. Sistem limfoid mengeluarkan cairan yang berlebih dari jaringan berongga ke dalam nodus-nodus aksilaris dan nodus-nodus mammae.

Laktogenesis adalah mulainya produksi ASI. Ada tiga fase laktogenesis; dua fase awal dipicu oleh hormon atau respon neuroendokrin, yaitu interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin (neuroendocrine responses) dan terjadi ketika ibu ingin menyusui ataupun tidak, fase ketiga adalah autocrine (sebuah sel yang mengeluarkan hormon kimiawi yang bertindak atas kemauan sendiri), atau atas kontrol lokal. Interaksi antara sistem saraf otonom, sistem hormonal, dan sistem muskular (somatic) sebagai proses “perlekatan atas kemauan sendiri” ketika seorang bayi terlihat merangkak dan menyentuh atau melekat ke payudara melalui proses IMD.

Kontak skin-to-skin pada saat lahir mendorong tingkah laku neurologis untuk menyusu. Bayi baru lahir utamanya menggunakan tongue stripping yaitu suatu gerakan menyerupai ombak untuk mengosongkan ASI dari payudara (tekanan positif). Gerakan peristaltik dari lidah ini bergerak dari bagian anterior mulut ke arah posterior. ASI mengandung banyak unsur atau zat yang memenuhi kebutuhan bayi dan ASI tidak dapat digantikan dengan susu buatan meskipun sudah ada kemajuan teknologi. Maka ASI sering disebut sebagai cairan kehidupan (living fluid). Empat fase pengisapan oral, yaitu: fase persiapan oral, transisi oral, faringeal dan esofageal. ASI bermanfaat tidak hanya untuk bayi saja, tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara.

MANAJEMEN LAKTASI

Persiapan menyusui sejak masa kehamilan penting untuk dilakukan. Ibu yang menyiapkan menyusui sejak dini akan lebih siap menyusui bayinya. Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan proses involusi uterus semakin bagus. Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan, termasuk bidan dalam mendorong para ibu untuk menyusui diketahui sebagai faktor yang berkontribusi besar terhadap rendahnya angka inisiasi dan durasi menyusui, yang mengakibatkan tidak konsisten dan tidak akuratnya informasi yang diberikan.

Reflek rooting dan sucking akan distimulasi oleh sentuhan halus payudara. Segera setelah bayi mengarah ke puting dan menyentuhnya dengan bibir bawah, maka refleks membuka mulut akan dirangsang. Salah satu tanda perlekatan yang baik adalah bahwa puting harus tetap berbentuk bulat dan tidak berubah. Tidan esensial untuk memberi batasan tentang lamanya menyusui karena bersifat individual bagi tiap bayi. Pada akhir penyusuan bayi akan menjadi lebih santai dan akan melepaskan payudara, puting harus terlihat bulat dan sehat. Perlekatan yang tidak baik atau tidak efektif pada payudara dapat menimbulkan luka atau puting lecet. Perlekatan pada payudara yang tidak sempurna ini akan berakibat pada pengeluaran ASI yang tidak efektif dan stasis ASI yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan payudara, sumbatan duktus, peradangan payudara (mastitis) dan kemungkinan abses.

TANDA BAHAYA POSTPARTUM

Asuhan kebidanan kita menggunakan model asuhan yang berpusat pada ibu (Women Center Care) yaitu asuhan kesehatan yang berfokus atau berpusat pada wanita atau perempuan. Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup hal- hal yang lebih memfokuskan pada pada kebutuhan, harapan, dan aspirasi masing-masing wanita dengan memperhatikan lingkungan sosialnya dari pada kebutuhan institusi atau pelayanan kebidanan terkait. Women centered Care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan kebidanan yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas. Dalam hal ini bidan difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya.

Mortalitas pada masa nifas adalah kematian ibu setelah persalinan, dan menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga, dan semua pihak yang terlibat dengan asuhannya, rangkaian kehidupan berubah dalam beberapa hal karena adanya mortalitas ibu yang tidak terduga, kematian ibu merupakan peristiwa yang sangat mempengaruhi siklus keluarga, dan bahkan menjadi stressor dalam keluarga. Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas.

PENYULIT DAN KOMPLIKASI POSTPARTUM

Perdarahan perdarahan postpartum adalah perdarahan melebihi 500-600 ml yang terjadi setelah bayi lahir atau perdarahan seberapapun yang disertai dengan perubahan keadaan umum ibu, tanda-tanda vital serta adanya tanda-tanda syok. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorarghic) adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam postpartum, sedangkan perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam hingga 6 minggu postpartum (late postpartum hemorarghic). Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya bakteri atau kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Preeklampsia dan eklampsia tidak hanya terjadi pada masa kehamilan, namun pada beberapa kasus preeklampsi/eklampsi dapat berlanjut hingga pada masa postpartum.

Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan vagina dan rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan maupun tindakan episiotomi. Pada ibu postpartum terdapat peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang terjadi selama proses melahirkan. Hal ini terjadi akibat proses kelahiran dan efek konduksi anestesi yang dapat mengakibatkan masalah perkemihan pada ibu postpartum. Faktor yang mempengaruhi anemia pada masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil dengan anemia, asupan nutrisi yang kurang, penyakit virus dan bakteri. Anemia dalam masa nifas sebagian besar merupakan kelanjutan dari anemia yang diderita saat kehamilan. Sakit kepala, nyeri epigastrium dan perubahan penglihatan pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.



Sumber : Wahyuni, Elly Dwi. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kementerian Kesehatan). 

 

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KEHAMILAN


 

Filosofi, Lingkup dan Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan

Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang mendasari bidan untuk berperilaku dalam memberikan asuhan kehamilan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil harus diberikan secara komprehensif atau menyeluruh, meliputi biopsikososial spiritual. Bidan dalam melakukan asuhan kebidanan harus berdasarkan prinsip sesuai tugas pokok dan fungsinya agar serta berdasarkan aspek legal dan kewenangannya.

Tujuan Suhan Kehamilan, Tipe Pelayanan, Hak-Hak Wanita Hamil dan Standar Asuhan Kehamilan

Tujuan asuhan kehamilan adalah menjalin hubungan yang positif antara ibu hamil dan janin, mempromosikan dan menjaga kesehatan ibu dan janin, mendeteksi abnormalitas atau komplikasi, mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi, membantu menyiapkan nifas dan menyusui, dan mempersiapkan rujukan apabila diperlukan. Tipe pelayanan kebidanan, yang meliputi 3 ruang lingkup; pelayanan kebidanan primer atau mandiri, kolaborasi dan rujukan. Wanita hamil mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan komprehensif, bermutu, terjangkau dan berhak memutuskan tentang kehamilannya.

 

Peran dan Tanggungjawab Bidan Dalam Asuhan Kebidanan, Evidence Based Dalam Praktik Kehamilan Dan Kunjungan ANC

Peran dan tanggungjawab bidan dalam asuhan kebidanan Care Provider (pemberi asuhan kebidanan), Community Leader (Penggerak masyarakat), Communicator (komunikator), Decision Maker (pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan) dan Manager (pengelola). Evidence based practice adalah praktik berdasarkan penelitian yang terpilih dan terbukti bermanfaat serta merupakan penerapan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan asuhan kebidanan. Pendekatan risiko bukan merupakan strategi yang efisien ataupun efektif untuk menurunkan angka mortalitas ibu. Standar WHO, disarankan bahwa ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan.

Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil

Perubahan fisik pada ibu hamil, yaitu : (1) Perubahan sistem reproduksi (2)Perubahan payudara (3) Perubahan endokrin (4) Perubahan kekebalan tubuh (5) Perubahan pernapasan (6) Perubahan perkemihan (7) Perubahan pencernaan (8) Perubahan sistem kardiovaskuler (9)Perubahan pada sistem integumen (10) Perubahanpada metabolisme (11) Perubahan sistem muskuloskeletal (12) Perubahan pada darah dan pembekuan darah (13) Perubahan Berat Badan dan IMT dan (14) Perubahan pada sistem persyarafan

Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

Kebutuhan fisik ibu hamil yang harus dipenuhi diantaranya pemenuhan kebutuhan oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, kebutuhan eliminasi, seksual, mobilisasi dan body mekanik, kebutuhan senam hamil, istirahat dan tidur, immunisasi dan traveling.

Persiapan Ibu Hamil

Persiapan yang harus dilakukan ibu hamil diantaranya adalah (1) Persiapan laktasi (2) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi (3) Memantau kesejahteraan janin (4) Kunjungan ulang dan (5) Tanda bahaya dalam kehamilan.

Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

Kebutuhan Psikologis pada ibu hamil diantaranya adalah (1) Support dari keluarga pada ibu hamil. (2) Support dari tenaga kesehatan pada ibu hamil. (3) Rasa aman dan nyaman pada kehamilan. (4).Persiapan menjadi orangtua.dan (5) Persiapan sibling.

Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester I, II dan III

Ketidaknyamanan Ibu Hamil trimester Iadalah : Mual muntah pada pagi hari, Sering BAK, Gatal dan kaku pada jari, Hidung tersumbat atau berdarah, Pica atau ngidam, Kelelahan atau fatique, Keputihan, Keringat bertambah, Palpitasi, Ptyalism (sekresi air ludah yang berlebihan), Sakit kepala, Spider nevi.

Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester II adalah : Edema, Gatal dan kaku pada jari, Gusi berdarah, Haemorrhoid, Insomnia (sulit tidur), Keputihan, Keringat bertambah, Mati rasa (baal), Nafas sesak, Nyeri ligamentum rotundum, Nyeri ulu hati, Perut kembung, Ptyalism (air ludah berlebihan), Pusing / syncope, Sakit kepala, Sakit punggung atas dan bawah, Varises pada kaki/vulva, Konstipasi.

Keluhan yang dirasakan ibu hamil trimester III antara lain kaki kram, sesak napas, susah BAB, haemorroid dan edema pada kaki. Masih banyak lagi keluhan ibu hamil trimester III antara lain : sering BAK, gatal dan kaku pada jari, gusi berdarah, Insomnia, keputihan, keringat bertambah banyak, mati rasa dan rasa nyeri pada jari kaki dan tangan, nyeri ligamentum rotundum, palpitasi, nyeri ulu hati, perut kembung, ptyalisme, pusing, sakit kepala,sakit punggung dan varises pada kaki/vulva.


Sumber : Tyastuti, Siti, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kementerian Kesehatan).


ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA PERSALINAN


 


Video Proses Penurunan Kepala Janin 


Pengertian Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).

Sebab-sebab Mulai Persalinan

Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah: (1) Penurunan Kadar Progesteron, (2) Teori Oksitosin, (3) Keregangan Otot-otot, (4) Pengaruh Janin, (5) Teori Prostaglandin.

Tujuan Asuhan Persalinan

Adalah untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat esehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

 

Tanda Dan Gejala Persalinan

Tanda pasti persalinan adalah:

Ø  Timbulnya kontraksi uterus (his persalinan) yang mempunyai sifat sebagai berikut: (1) Nyeri melingkar dari punggung ke perut depan, (2) Pinggang sakit dan menjalar ke depan, (3) Sifatnya teratur, interval makin lama makin pendek dan semakin besar kekuatannya, (4) Berpengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks, (5) Kekuatan kontraksi bertambah saat beraktivitas (minimal 2 kali dalam 10 menit).

Ø  Penipisan dan pembukaan serviks.

Ø  Bloody show (lendir disertai darah dari jalan lahir).

Ø  Premature Rupture of Membrane (Keluar cairan ketuban dari jalan lahir).

 

Tahapan Persalinan

Ø  Kala I. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks mencapai pembukaan 10 cm. Berlangsung 18-24 jam. Terbagi menjadi 2 fase yaitu: (1) Fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berlangsung kurang dari 8 jam dan (2) Fase aktif: terbagi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maksimal dan deselerasi. Kontraksi terjadi 3 kali dalam 10 menit. Pembukaan serviks 4 ke 10 cm. Terjadi penurunan bagian terendah janin.

Ø  Kala II. Kala II dimulai dengan pembukaan lengkap serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda kala II persalinan yaitu ibu ingin meneran, perineum menonjol dan vulva membuka. Turunnya kepala dibagi beberapa fase yaitu: Masuknya kepala janin dalam PAP, Majunya kepala janin, Fleksi, Putaran Paksi Dalam, Ekstensi dan Putaran Paksi Luar.

Ø  Kala III. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlangusng tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda pelepasan plasenta: Perubahan ukuran dan bentuk uterus, Uterus bundar dan terdorong ke atas, Tali pusat memanjang, Semburan darah tiba-tiba.   

Ø  Kala IV. Tujuh langkah pemantauan kala IV yaitu: Kontraksi rahim, Perdarahan, Kandung Kencing, Luka jahitan, Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap, Keadaan umum ibu (tekanan darah, nadi, pernapasan dan rasa sakit), serta Bayi dalam keadaan baik.

 

Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan

Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan yaitu sebagai berikut : 1. Perubahan Uterus, 2. Perubahan Bentuk Rahim, 3. Faal Ligamentum Rotundum, 4. Perubahan Pada Sistem Urinaria, 5. Perubahan Pada Vagina dan Dasar Panggul, 6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler (Meliputi Tekanan Darah dan Jantung), 7. Perubahan Pada Metabolisme Karbohidrat dan Basal Metabolisme Rate, 8. Perubahan Pada Sistem Pernapasan, 9. Perubahan Pada Gastrointestinal, 10. Perubahan Pada Hematologi, serta 11. Nyeri.

 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

(1) Passage (Panggul Ibu/ Jalan lahir). (2) Passanger (Janin dan Plasenta). (3) Power (Kekuatan Ibu/ his/ tenaga mengejan). (4) Psikologis (Kecemasan dan kesiapan ibu menghadapi persalinan). (5) Position (Posisi ibu saat bersalin). (6) Penolong persalinan (kesiapan dan penerapan asuhan sayang ibu).

 

Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin

Adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan Oksigen, 2. Kebutuhan Eliminasi, 3. Kebutuhan Hygiene (kebersihan personal), 4. Kebutuhan Istirahat, 5. Posisi dan Ambulasi, 6. Pengurangan Rasa Nyeri, 7. Penjahitan Perineum (Jika diperlukan), serta 8. Kebutuhan Akan Proses Persalinan Yang Terstandar.

 

Kebutuhan Psikologis Ibu Bersalin

Secara terperinci, dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan dengan cara : 1. Memberikan Sugesti Positif, 2. Mengalihkan Terhadap Rasa Sakit dan Ketidaknyamanan Selama Persalinan, dan 3. Membangun Kepercayaan dengan Komunikasi Yang Efektif.

 

Penyulit/ Komplikasi Persalinan

Beberapa penyulit yang dapat terjadi pada kala I dan II persalinan yaitu:  1. Distosia Kelainan Presentasi dan Posisi (Mal Posisi), 2. Distosia karena Kelainan His, 3. Distosia karena Kelainan Alat Kandungan, dan 4. Distosia karena Kelainan Janin.

 

 

 

 

Sumber : Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kementerian Kesehatan).  

 

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KESPRO-KB

  KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI Kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup kesehatan reproduksi perempuan secara sempit misalnya masalah se...