PENGERTIAN DAN
TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan.
Tujuan utama asuhan kebidanan pada masa nifas dan
menyusui adalah sebagai berikut: a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi secara
holistik pada aspek biopsikososial dan spiritual. b) Melakukan skrining yang
komprehensif. c) Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu. d) Memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu nifas dan menyusui.
Asuhan kebidanan berpusat pada ibu (women
centered) artinya adalah dalam memberikan asuhan kebidanan mempertimbangkan
asuhan ibu dan bayi dari sudut pandang holistik, artinya bahwa asuhan kebidanan
mempertimbangkan asuhan dari konteks fisik, emosional, psikologis, spiritual,
sosial, dan budaya. Selain itu untuk pengambilan keputusan asuhan kebidanan
berpusat pada ibu, perlu mempertimbangkan hak-hak dan pilihan yang terbaik pada
ibu tentang asuhan yang akan dilakukan pada dirinya.
Dimensi asuhan kebidanan model Jigsaw, artinya
bahwa model Jigsaw, merupakan aspek yang secara komprehensif perlu dilaksanakan
dalam asuhan kebidanan terdiri dari aspek dimensi; berpusat pada ibu,
menggunakan bukti terbaik, profesional dan legal, bekerja secara tim,
komunikasi efektif, kecakapan klinis, menerapkan model asuhan, menyediakan
lingkungan yang aman serta melakukan upaya promosi kesehatan.
Asuhan kebidanan berdasarkan bukti yang terbaik
(evidence based practice) adalah pelaksanaan praktik asuhan kebidanan bukan
sekedar berdasarkan kebiasaan rutinitas praktik atau pengalaman klinis saja,
namun berdasarkan bukti yang terbaik. Adapun yang dimaksud bukti yang terbaik
(evidence based) adalah hasil-hasil riset yang terbukti terpilih dan
direkomendasikan untuk memperbaiki kualitas asuhan kebidanan.
Praktik asuhan yang aman adalah praktik yang
menggunakan bukti terbaik, mengutamakan keselamatan ibu (patient safety) dan
utamanya ditujukan pada kesejahteraan ibu dan anak (wellbeing mother and
child), berdasarkan kewenangan dan standar serta aturan-aturan yang berlaku
dalam pelayanan kebidanan (legal aspect).
PRINSIP DALAM PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN
MENYUSUI
Kerja tim dalam pelayanan kebidanan adalah kerja
dengan sesama profesi bidan, dengan berbagai pengalaman dan ketrampilan
masing-masing. Sedangkan kolaborasi dalam asuhan kebidanan adalah kerjasama
dengan profesi lain dalam sebuah tim profesional untuk memberikan asuhan
kebidanan yang komprehensif. Kerja tim kolaborasi dalam menjalankan praktik
profesional ini dikenal dengan istilah interprofessional collaburation (IPC).
Memberikan asuhan berpusat pada ibu nifas (women
centered) selama periode postnatal mewajibkan bidan untuk membina hubungan dan
berkomunikasi secara efektif. Bidan harus menyadari pentingnya petunjuk yang
diberikan kepada ibu postnatal selama pemberian asuhan. Bidan harus selalu
memberikan penjelasan kepada ibu postnatal tentang asuhan yang akan diberikan
dan tahapan asuhan apa yang akan dilalui oleh ibu dan mengapa asuhan kebidanan
penting dilakukan.
Model asuhan kebidanan yang tepat dapat
berpengaruh dalam menentukan asuhan yang mungkin diterima ibu, siapa yang
memberi asuhan, dan kapan diberikan asuhan kebidanan. Bidan perlu
mempertimbangkan cara terbaik untuk memberi asuhan 28 Asuhan kebidanan Nifas
dan Menyusui n sehingga dapat memengaruhi perkembangan yang akan
datang bagi kepentingan terbaik ibu dan keluarga.
Bidan dalam memberi asuhan postnatal perlu
memastikan bahwa lingkungan tempat mereka bekerja mendukung praktik kerja yang
aman dan efektif serta melindungi ibu dan keluarga dari bahaya. Sesuai Kode
Etik Bidan Indonesia menyatakan bahwa “Bidan harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan unuk melakukan praktik yang aman dan efektif saat memberikan pelayanan
kebidanan”.
Memberi asuhan postnatal bagi ibu dan keluarga
perlu memberikan kesempatan bagi bidan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Inti dari upaya promosi kesehatan adalah membangun
hubungan positif ibu postnatal dan bidan. Dari hubungan positif dengan ibu
postnatal dapat membantu ibu mencapai adaptasi positif menjadi orang tua dan
meningkatkan pilihan gaya hidup dan asuhan yang akan menguntungkan ibu, bayi
dan keluarga.
Kebijakan program nasional pada masa nifas dan menyusui
adalah sebagai berikut : a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. b)
Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya. c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas. d) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Kontrol atau kunjungan masa nifas setidaknya 4
kali, yaitu: a) 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang) b) 6 hari setelah
persalinan c) 2 minggu setelah persalinan d) 6 minggu setelah persalinan.
PERUBAHAN
FISIK SERTA ADAPTASINYA PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI
Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran,
tonus dan posisi sebelum hamil. Mekanisme pokok pada proses involusi adalah iskemia,
fagositosis, dan autolisis. Setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang
lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus
melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan situs
plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam pengurangan dalam ukuran dan berat
serta warna dan banyaknya lokia.
Darah adalah komponen mayor dalam kehilangan darah
pervaginam pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Sehingga produk darah
merupakan bagian terbesar pada pengeluaran pervaginam yang terjadi segera
setelah kelahiran bayi dan pelepasan plasenta. Seiring dengan kemajuan proses
involusi, pengeluaran darah pervaginam merefleksikan hal tersebut. Vulva,
vagina dan perineum mengalami trauma persalinan, peregangan dan penekanan
selama proses persalinan, sehingga pada saat postpartum diperlukan proses
penyembuhan. Kebutuhan dukungan sosial, emosional dan psikologis orang tua
merupakan aspek yang penting untuk keberhasilan asuhan kebidanan pada masa
nifas dan menyusui, sehingga terhindar dari adanya penyulit dan komplikasi.
Perubahan-perubahan fisiologi sistem tubuh pada
ibu post partum adalah meliputi: a) Tanda vital b) Sirkulasi darah c) Sistem
kardiovaskuler d) Sistem hematologi e) Sistem pencernaan f) Sistem
muskuloskeletal g) Sistem endokrin h) Sistem eliminasi i) Penurunan berat badan
j) Perubahan payudara k) Peritoneum dan dinding abdomen.
ADAPTASI DAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS POSTPARTUM
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh
tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa postpartum dan
menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan
eliminasi miksi dan defekasi pada ibu postpartum dimungkinkan ada perubahan,
maka dilakukan penatalaksanaan melalui pengaturan diit berserat sayur dan buah,
minum yang cukup minimal 3 liter per hari, olahraga atau senam nifas, apabila
diperlukan lakukan perangsangan secara alamiah.
Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga
early ambulation, yaitu upaya sesegera mungkin membimbing ibu keluar dari
tempat tidurnya dan membimbing berjalan. Keuntungan yang diperoleh dari Early
ambulation adalah klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat, faal
usus dan kandung kencing lebih baik, dan sirkulasi dan peredaran darah menjadi
lebih lancar. Exercise atau senam nifas, mempunyai banyak manfaat yang
esensinya untuk memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan kebugaran, sirkulasi
darah, dan juga bisa mendukung ketenangan dan kenyamanan ibu. Perawatan
perineum bermanfaat untuk membantu penyembuhan luka perineum maupun mencegah
infeksi genetalia. Perawatan payudara berguna untuk mempersiapkan proses
laktasi dan mendukung keberhasilan menyusui.
PERUBAHAN-PERUBAHAN
PSIKOLOGIS PADA MASA POSTPARTUM
Hasil-hasil riset evidence menunjukkan bahwa
periode kehamilan, persalinan dan postpartum merupakan masa terjadinya stress
dan perubahan psikologis yang bermakna, kecemasan, gangguan emosi, dan
penyesuaian diri. Bidan penting untuk memiliki keterampilan dalam mengenali
distress emosi yang cukup bermakna sebagai respon terhadap penyimpangan dan
kejadian terkait postpartum. Prediksi risiko merupakan aspek penting dalam
asuhan kebidanan, karena peningkatan stress selama asuhan postnatal tidak hanya
mempengaruhi kesehatan emosi dan psikologis ibu, tetapi juga mempunyai dampak terhadap
kesejahteraan bayi.
Bidan yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan
primer harus memberikan asuhan yang efektif, sehingga mampu mengenali,
mendeteksi adanya perubahan psikologis dan mampu melakukan penatalaksanaan yang
tepat sehingga dapat mencegah adanya psikopatologi dan morbiditas psikologis. Dukungan
psikososial pada ibu akan meningkatkan adaptasi dan kenyamanan psikologis ibu
postpartum. Untuk mencapai kesejahteraan psikologis, mekanisme koping yang
efektif dan penyesuaian emosi yang aman, setiap tahapan harus diselesaikan
dengan baik atau dinegosiasikan oleh orang yang bersangkutan agar dapat
melangkah ke tahapan selanjutnya dengan efektif.
Masa nifas adalah periode 6-8 minggu postpartum, merupakan masa dimana ibu menyesuaikan diri secara fisiologis dan psikososial untuk menjadi ibu. Postnatal blues atau postpartum blues merupakan suatu fenomena perubahan psikologis yang dialami oleh ibu. Penyimpangan dari kondisi psikologis yang normal pada masa postpartum disebut Psikopatologi. Contoh-contoh kasus psikopatologi adalah; depresi postpartum, distress emosi, duka cita dan kehilangan dan psikosis postpartum.
ADAPTASI
PSIKOLOGIS POSTPARTUM DAN PERSIAPAN PERAN ORANG TUA
Pada masa postpartum terjadi transisi perubahan
peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran bayi. Sebenarnya ibu dan suami
sudah mengalami perubahan peran sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini
semakin meningkat setelah kelahiran anak. Pada hari pertama dan kedua setelah
melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan
segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan
periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in
phase. Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
keterampilan perawatan bayi. Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak
mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan,
karena ibu terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat
pribadi. Periode Letting go ini biasanya terjadi “after back to home” dan
sangat dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan keluarga. Ibu akan
mengambil tanggung jawab dan beradaptasi terhadap kebutuhan perawatan bayi.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan
antara saudara, hal ini biasanya terjadi pada orang tua yang mempunyai dua anak
atau lebih. Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih
sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang. Sibling rivalry terjadi
karena orang tua memberikan perlakuan yang berbeda pada anak-anak mereka atau
karena kehadiran anak baru dalam keluarga. Peran orang tua perlu dipersiapkan,
salah satu kunci sukses menjadi orangtua adalah mempersiapkan diri dari kedua
orang tua. Beberapa kajian penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan sosial dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara.
Semakin tinggi tingkat dukungan sosial, maka semakin rendah kecenderungan
depresi postpartum pada ibu atau sebaliknya.
FISIOLOGI
LAKTASI
Mammogenesis adalah istilah yang digunakan untuk
pembentukan kelenjar mammae atau payudara yang terjadi dalam beberapa tahap;
embriogenesis, pubertas, kehamilan dan laktogenesis. 2) Pada masa laktasi
terdapat banyak alveoli yang berkelompok (10-100) membentuk lobuli (lobus-lobus
kecil), yang bersatu menjadi lobus. Alveoli terdiri dari selapis laktosit yang
menghasilkan ASI (secretory epithelium), yang dikelilingi oleh jaringan
kapiler. Laktosit berbaris membentuk lumen alveoli yang berbentuk kubus bila
penuh dan berbentuk seperti kolom atau pilar yang kosong. Masing-masing saling
berhubungan dan mengatur komposisi ASI untuk ditampung dalam lumen alveoli. Payudara
penuh dengan pembuluh-pembuluh darah, 60 persen suplai darah terjadi melalui
arteri mamaria internal dan 30 persen melalui arteri torakalis lateral.
Drainase vena terjadi melalui vena-vena mammaria dan vena-vena aksilaris.
Sistem limfoid mengeluarkan cairan yang berlebih dari jaringan berongga ke
dalam nodus-nodus aksilaris dan nodus-nodus mammae.
Laktogenesis adalah mulainya produksi ASI. Ada
tiga fase laktogenesis; dua fase awal dipicu oleh hormon atau respon
neuroendokrin, yaitu interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin
(neuroendocrine responses) dan terjadi ketika ibu ingin menyusui ataupun tidak,
fase ketiga adalah autocrine (sebuah sel yang mengeluarkan hormon kimiawi yang
bertindak atas kemauan sendiri), atau atas kontrol lokal. Interaksi antara
sistem saraf otonom, sistem hormonal, dan sistem muskular (somatic) sebagai
proses “perlekatan atas kemauan sendiri” ketika seorang bayi terlihat merangkak
dan menyentuh atau melekat ke payudara melalui proses IMD.
Kontak skin-to-skin pada saat lahir mendorong
tingkah laku neurologis untuk menyusu. Bayi baru lahir utamanya menggunakan
tongue stripping yaitu suatu gerakan menyerupai ombak untuk mengosongkan ASI
dari payudara (tekanan positif). Gerakan peristaltik dari lidah ini bergerak
dari bagian anterior mulut ke arah posterior. ASI mengandung banyak unsur atau
zat yang memenuhi kebutuhan bayi dan ASI tidak dapat digantikan dengan susu
buatan meskipun sudah ada kemajuan teknologi. Maka ASI sering disebut sebagai
cairan kehidupan (living fluid). Empat fase pengisapan oral, yaitu: fase
persiapan oral, transisi oral, faringeal dan esofageal. ASI bermanfaat tidak
hanya untuk bayi saja, tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara.
MANAJEMEN
LAKTASI
Persiapan menyusui sejak masa kehamilan penting
untuk dilakukan. Ibu yang menyiapkan menyusui sejak dini akan lebih siap
menyusui bayinya. Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak
masuknya ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya hormon oksitosin akan
memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan
proses involusi uterus semakin bagus. Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian
belakang sehingga oksitosin keluar. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.
Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam
jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi selama 6 bulan pertama. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan tenaga
kesehatan, termasuk bidan dalam mendorong para ibu untuk menyusui diketahui
sebagai faktor yang berkontribusi besar terhadap rendahnya angka inisiasi dan
durasi menyusui, yang mengakibatkan tidak konsisten dan tidak akuratnya
informasi yang diberikan.
Reflek rooting dan sucking akan distimulasi oleh
sentuhan halus payudara. Segera setelah bayi mengarah ke puting dan
menyentuhnya dengan bibir bawah, maka refleks membuka mulut akan dirangsang. Salah
satu tanda perlekatan yang baik adalah bahwa puting harus tetap berbentuk bulat
dan tidak berubah. Tidan esensial untuk memberi batasan tentang lamanya
menyusui karena bersifat individual bagi tiap bayi. Pada akhir penyusuan bayi
akan menjadi lebih santai dan akan melepaskan payudara, puting harus terlihat
bulat dan sehat. Perlekatan yang tidak baik atau tidak efektif pada payudara
dapat menimbulkan luka atau puting lecet. Perlekatan pada payudara yang tidak
sempurna ini akan berakibat pada pengeluaran ASI yang tidak efektif dan stasis
ASI yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan payudara, sumbatan duktus,
peradangan payudara (mastitis) dan kemungkinan abses.
TANDA
BAHAYA POSTPARTUM
Asuhan kebidanan kita menggunakan model asuhan
yang berpusat pada ibu (Women Center Care) yaitu asuhan kesehatan yang berfokus
atau berpusat pada wanita atau perempuan. Dalam kebidanan terpusat pada ibu
(wanita) adalah suatu konsep yang mencakup hal- hal yang lebih memfokuskan pada
pada kebutuhan, harapan, dan aspirasi masing-masing wanita dengan memperhatikan
lingkungan sosialnya dari pada kebutuhan institusi atau pelayanan kebidanan
terkait. Women centered Care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi
asuhan kebidanan yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna,
dan menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna,
efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas. Dalam hal ini bidan difokuskan
memberikan dukungan pada wanita dalam upaya memperoleh status yang sama di
masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya.
Mortalitas pada masa nifas adalah kematian ibu setelah persalinan, dan menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga, dan semua pihak yang terlibat dengan asuhannya, rangkaian kehidupan berubah dalam beberapa hal karena adanya mortalitas ibu yang tidak terduga, kematian ibu merupakan peristiwa yang sangat mempengaruhi siklus keluarga, dan bahkan menjadi stressor dalam keluarga. Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas.
PENYULIT DAN KOMPLIKASI POSTPARTUM
Perdarahan perdarahan postpartum adalah perdarahan
melebihi 500-600 ml yang terjadi setelah bayi lahir atau perdarahan seberapapun
yang disertai dengan perubahan keadaan umum ibu, tanda-tanda vital serta adanya
tanda-tanda syok. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorarghic)
adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam postpartum, sedangkan perdarahan
postpartum sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam hingga 6
minggu postpartum (late postpartum hemorarghic). Infeksi nifas adalah semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya bakteri atau kuman ke dalam organ
genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan
kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Preeklampsia dan eklampsia
tidak hanya terjadi pada masa kehamilan, namun pada beberapa kasus
preeklampsi/eklampsi dapat berlanjut hingga pada masa postpartum.
Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara
pembukaan vagina dan rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu
pada saat proses persalinan maupun tindakan episiotomi. Pada ibu postpartum
terdapat peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan
sekitar uretra yang terjadi selama proses melahirkan. Hal ini terjadi akibat
proses kelahiran dan efek konduksi anestesi yang dapat mengakibatkan masalah
perkemihan pada ibu postpartum. Faktor yang mempengaruhi anemia pada masa nifas
adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil dengan anemia, asupan nutrisi
yang kurang, penyakit virus dan bakteri. Anemia dalam masa nifas sebagian besar
merupakan kelanjutan dari anemia yang diderita saat kehamilan. Sakit kepala,
nyeri epigastrium dan perubahan penglihatan pada masa nifas dapat merupakan
gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal,
stroke, koagulopati dan kematian.
Sumber : Wahyuni, Elly Dwi. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Kementerian
Kesehatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar